A. Pengertian Sejarah
Perkataan
sejarah mula-mula berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya terjadi, “Syajaratun”
artinya Pohon kayu. Sejarah
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa kehidupan manusia pada masa lampau
sehingga sejarah memiliki tugas pokok, yaitu membuka kegelapan kehidupan umat
manusia pada masa lampau untuk
dipaparkan pada generasi masa kini, dengan tujuan agar generasi masa kini dapat mengetahui,
memahami, dan mencontoh hal-hal yang positif dari generasi masa lampau.
1. Edward
Hallet Carr
“History is a
continuous process of interaction between the historian and his facts, an
uneding dialogue between the present and the past”. (sejarah ialah suatu proses
interaksi serba terus menerus antara sejarawan dengan fakta-fakta yang ada
padanya; suatu dialog tiada henti-hentinya antara masa sekarang dan masa
silam).
2. James
Bank
All past event is
history (history as actuality). History can help student to understand human
behaviour in the past, present and future (new goals for historical studies).
(Semua peristiwa masa lampau adalah sejarah (sejarah sebagai kenyataan).
Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada masa
lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang).
3. Robert
V. Daniel
“History is the memory
of human group experience”, yang
artinya sejarah ialah kenangan pengalaman umat
manusia.
4. Ismaun
Sejarah adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas pada masyarakat
manusia dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya yang kontinu
dari awal sejarah hingga saat kini yang berguna bagi pedoman kehidupan
masyarakat manusia masa sekarang serta arah cita-cita masa depan.
5. Muhamad
Yamin
Sejarah ialah ilmu
pengetahuan dengan umumnya yang berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai
hasil penafsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yang
lampau, yaitu susunan hasil penyelidikan bahan-bahan tulisan atau tanda-tanda
yang lain. (Yamin, 1957: 4).
Dalam
uraian tentang definisi atau batasan pengertian tadi dapat diambil intisarinya
bahwa sejarah itu adalah :
1. Sebagai
ilmu pengetahuan;
2. Yang
tersusun sebagai hasil penyelidikan;
3. Dengan
menggunakan sumber sejarah sebagai bahan penyelidikan berupa sumber benda,
sumber tertulis, dan sumber lisan;
4. Cerita
ilmiah yang menunjukan adanya hubungan antara satu gejala dengan gejala lain
secara kronologis;
5. Yang
diselidiki atau diriwayatkan dalam pengertian sejarah itu ialah kejadian atau
peristiwa yang gterjadi dalam masyarakat manusia pada zaman lampau;
6. Yang
berlaku dalam masyarakat manusia;
7. Pada
waktu yang lampau;
8. Bertarikh
atau bertanggal karena waktu dalam perjalanan sejarah merupakan suatu
kontinuitas dan untuk memudahkan ingatan manusia dalam mempelajari sejarah
perlu ditentukan batas awal dan akhirnya setiap babakan dengan kesatuan waktu
(detik, menit, jam, hari, minggu, dan seterusnya);
9. Menafsirkan
keadaan-keadaan yang telah berlalu.
Dengan
demikian sejarah akan mengantarkan kita untuk memahami apa yang terjadi pada
masa lalu untuk dijadikan pedoman masa kini dan masa yang akan datang atau
lebih jelasnya bahwa sejarah itu adalah suatu pengetahuan tentang peristiwa
yang terjadi dalam masyarakat manusia pada waktu yang lampau sesuai dengan
rangkaian kausalitasnya serta proses perkembangannya dalam segala aspeknya yang
berguna sebagai pengalaman untuk dijadikan pedoman kehidupan manusia pada masa
sekarang serta arah cita-cita pada masa yang akan datang.
B. Sejarah dari berbagai sudut pandang
Sejarah dapat dilihat dari berbagai sudut pandang,
yaitu :
1. Sejarah sebagai Peristiwa
Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa
lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang sebenarnya
telah terjadi/berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana/
seperti apa yang seharusnya terjadi (histoir realite). Sejarah sebagai
peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali terjadi
serta tidak bisa diulang. Ciri utama dari Sejarah sebagai peristiwa adalah
sebagai berikut:
a.
Abadi. Karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah. Sebuah
peristiwa yang sudah terjadi dan tidak akan berubah ataupun diubah. Oleh karena
itulah maka peristiwa tersebut atas tetap dikenang sepanjang masa.
b.
Unik. Karena peristiwa itu hanya terjadi satu kali.
Peristiwa tersebut tidak dapat diulang jika ingin diulang tidak akan sama
persis.
c.
Penting. Karena peristiwa yang terjadi tersebut mempunyai arti
bagi seseorang bahkan dapat pula menentukan kehidupan orang banyak.
Tidak semua peristiwa dapat dikatakan sebagai sejarah.
Sebuah kenyataan sejarah dapat diketahui melalui bukti-bukti sejarah yang dapat
menjadi saksi terhadap peristiwa yang telah terjadi. Agar sebuah peristiwa
dapat dikatakan sebagai sejarah maka harus memenuhi ciri-ciri berikut ini.
1.
Peristiwa
tersebut berhubungan dengan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
kelompok.
2.
Memperhatikan
dimensi ruang dan waktu (kapan dan dimana)
3.
Peristiwa
tersebut dapat dikaitkan dengan peristiwa yang lain
Contoh: peristiwa ekonomi yang terjadi bisa disebabkan
oleh aspek politik, sosial dan budaya.
4.
Adanya hubungan
sebab-akibat dari peristiwa tersebut. Adanya hubungan sebab akibat baik karena faktor dari
dalam maupun dari luar peristiwa tersebut. Penyebab adalah hal yang menyebabkan
peristiwa tersebut terjadi.
5.
Peristiwa
sejarah yang terjadi merupakan sebuah perubahan dalam kehidupan.
Hal ini disebabkan karena sejarah pada hakekatnya
adalah sebuah perubahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, sejarah
mempelajari aktivitas manusia dalam konteks waktu. Perubahan tersebut dapat
meliputi berbagai aspek kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
Peristiwa adalah kenyataan yang bersifat absolut atau
mutlak dan objektif. Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kenyataan yang
objektif artinya kenyataan yang benar-benar ada dan terjadi dalam kehidupan
masyarakat manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari fakta-fakta sejarahnya.
Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek
kehidupan manusia seperti peristiwa politik, ekonomi, dan sosial.
2. Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah merupakan rekonstruksi dari
suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang. Sejarah
sebagai sebuah kisah dapat berbentuk lisan dan tulisan.
§ Bentuk lisan, contoh penuturan secara lisan baik yang dilakukan oleh seorang maupun
kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi.
§ Bentuk tulisan, dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Sejarah sebagai kisah sifatnya akan subjektif karena
tergantung pada interpretasi atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis
sejarah. Subjektivitas terjadi lebih banyak diakibatkan oleh faktor-faktor
kepribadian si penulis atau penutur cerita.
Sejarah sebagai kisah dapat berupa narasi yang disusun
berdasarkan memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada waktu lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang,
ditulis oleh siapapun dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah
diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah.
Tetapi tidak semua fakta sejarah dapat diangkat dan dikisahkan hanya peristiwa
penting yang dapat dikisahkan.
Faktor yang harus diperhatikan dan mempengaruhi dalam
melihat sejarah sebagai kisah, adalah sebagai berikut.
§ Kepentingan
yang diperjuangkannya
Faktor
kepentingan dapat terlihat dalam cara seseorang menuliskan dan menceritakan
kisah/peristiwa sejarah. Kepentingan tersebut dapat berupa kepentingan pribadi
maupun kepentingan kelompok. Contoh: Seorang pencerita
biasanya akan lebih menonjolkan perannya sendiri dalam suatu peristiwa.
Misalnya, seorang pejuang akan menceritakan kehebatanya dalam menghadapai
penjajah.
§ Kelompok
sosial dimana dia berada
Dalam
hal ini adalah lingkungan tempat ia bergaul, berhubungan dengan sesama
pekerjaannya atau statusnya. Darimana asal pencerita sejarah tersebut juga
mempengaruhi cara penulisan sejarah. Contoh: Seorang sejarawan
akan menulis sejarah dengan menggunakan kaidah akademik ilmu sejarah sedang
seorang wartawan akan menulis sejarah dengan bahasa wartawan.
§ Perbendaharaan
pengetahuan yang dimilikinya
Pengetahuan
dan latar belakang kemampuan ilmu yang dimiliki pencerita sejarah juga
mempengaruhi kisah sejarah yang disampaikan. Hal tersebut dapat terlihat dari
kelengkapan kisah yang akan disampaikan, gaya penyampaian, dan interpretasinya
atas peristiwa sejarah yang akan dikisahkannya.
§ Kemampuan
bahasa yang dimilikinya
Pengaruh
kemampuan bahasa seorang penutur/pencerita sejarah sebagai kisah terlihat dari
hasil rekonstruksi penuturan kisah sejarah. Hal ini akan sangat bergantung pada
kemampuan bahasa si penutur kisah sejarah.
3. Sejarah sebagai Ilmu
Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau
manusia. Sebagai ilmu, sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki
seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti dan
menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan.
Sejarawan harus menulis apa yang sesungguhnya terjadi
sehingga sejarah akan menjadi objektif. Sejarah melihat manusia tertentu yang
mempunyai tempat dan waktu tertentu serta terlibat dalam kejadian tertentu
sejarah tidak hanya melihat manusia dalam gambaran dan angan-angan saja.
Sejarah sebagai ilmu memiliki objek, tujuan dan
metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga
objektiviatsnya sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan subjektifitas.
Menurut Kuntowijoyo, ciri-ciri atau karakteristik
sejarah sebagai ilmu adalah sebagai berikut.
a. Bersifat Empiris
Empiris
berasal dari kata Yunani emperia artinya pengalaman, percobaan, penemuan,
pengamatan yang dilakukan. Bersifat empiris sebab sejarah melakukan kajian pada
peristiwa yang sungguh terjadi di masa lampau. Sejarah akan sangat tergantung
pada pengalaman dan aktivitas nyata manusia yang direkam dalam dokumen. Untuk
selanjutnya dokumen tersebut diteliti oleh para sejarawan untuk menemukan fakta
yang akan diinterpretasi/ditafsirkan menjadi tulisan sejarah. Sejarah hanya
meninggalkan jejak berupa dokumen.
b. Memiliki Objek
Objek
sejarah yaitu perubahan atau perkembangan aktivitas manusia dalam dimensi waktu
(masa lampau). Waktu merupakan unsur penting dalam sejarah. Waktu dalam hal ini
adalah waktu lampau sehingga asal mula maupun latar belakang menjadi pembahasan
utama dalam kajian sejarah.
c. Memiliki Teori
Teori
merupakan pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu
peristiwa. Teori dalam sejarah berisi satu kumpulan tentang kaidah-kaidah pokok
suatu ilmu. Teori tersebut diajarkan berdasarkan keperluan peradaban.
Rekonstruksi sejarah yang dilakukan mengenal adanya teori yang berkaitan dengan
sebab akibat, eksplanasi, objektivitas, dan subjektivitas.
d. Memiliki Metode
Metode
merupakan cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud.
Setiap ilmu tentu memiliki tujuan. Tujuan dalam ilmu sejarah adalah menjelaskan
perkembangan atau perubahan kehidupan masyarakat. Metode dalam ilmu sejarah
diperlukan untuk menjelaskan perkembangan atau perubahan secara benar. Dalam
sejarah dikenal metode sejarah guna mencari kebenaran sejarah. Sehingga seorang
sejarawan harus lebih berhati-hati dalam menarik kesimpulan jangan terlalu
berani tetapi sewajarnya saja.
e. Mempunyai Generalisasi
Studi dari
suatu ilmu selalu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut menjadi
kesimpulan umum atau generalisasi. Jadi generalisasi merupakan sebuah
kesimpulan umum dari pengamatan dan pemahaman penulis.
Ilmu pengetahuan sosial sifatnya selalu berubah dan
mudah terjadi sebab kondisi setempat berubah, waktunya berubah, dan adanya
pengaruh dari luar. Manusia tetap ingin tahu yang terjadi di masa lampau.
Sejarah berbeda dengan ilmu sosial/ kemanusiaan yang lain seperti antropologi
dan sosiologi sebab :
§ Sejarah membicarakan manusia dari segi waktu yang
artinya sejarah memperhatikan perkembangan, kesinambungan, pengulangan, dan
perubahan.
§ Dalam meneliti objeknya, sejarah berpegangan pada
teorinya sendiri. Teori tersebut ditemukan dalam setiap tradisi sejarah. Teori
sejarah diajarkan sesuai dengan keperluan peradaban masing-masing tradisi.
§ Sejarah juga mempunyai generalisasi, dalam menarik
kesimpulan umumnya dapat juga sebagai koreksi terhadap ilmu-ilmu lain.
§ Sejarah juga mempunyai metode sendiri yang sifatnya
terbuka dan hanya tunduk pada fakta.
§ Sejarah membutuhkan riset, penulisan yang baik,
penalaran yang teratur dan sistematika yang runtut, serta konsep yang jelas.
4. Sejarah sebagai Seni
Sejarah sebagai seni merupakan suatu kemampuan menulis
yang baik dan menarik mengenai suatu kisah/ peristiwa di masa lalu. Seni
dibutuhkan dalam penulisan karya sejarah karena:
§ Jika hanya mementingkan data-data maka akan sangat
kaku dalam berkisah.
§ Tetapi jika terlalu mementingkan aspek seni maka akan
menjadi kehilangan fakta yang harus diungkap.
§ Sehingga seni dibutuhkan untuk memperindah penuturan/
pengisahan suatu cerita.
§ Seperti seni, sejarah juga membutuhkan intuisi,
imajinasi, emosi dan gaya bahasa.
§ Seorang sejarawan sebaiknya mampu mengkombinasikan
antara pengisahan (yang mementingkan detail dan fakta-fakta) dengan
kemampuannya memanfaatkan intuisi dan imajinasinya sehingga dapat menyajikan
peristiwa yang objektif, lancar, dan mengalir.
Ciri sejarah sebagai seni, terdapat :
Intuisi:
Intuisi merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung
mengenai suatu topik yang sedang diteliti. Dalam penelitian untuk menentukan
sesuatu sejarawan membutuhkan intuisi dan untuk mendapatkannya ia harus bekerja
keras dengan data yang ada. Seorang sejarawan harus tetap ingat akan
data-datanya, harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang
terjadi sesudahnya. Berbeda dengan seorang seniman jika ingin menulis mungkin
ia akan berjalan-jalan sambil menunggu ilham sebelum melanjutkan proses
kreatifnya.
Emosi:
Emosi merupakan luapan perasaan yang berkembang. Emosi diperlukan guna
mewariskan nilai-nilai tertentu asalkan penulisan itu tetap setia pada fakta.
Dengan melibatkan emosi, mengajak pembaca seakan-akan hadir dan menyaksikan
sendiri peristiwa itu.
Gaya Bahasa: Gaya bahasa merupakan cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan atau lisan. Gaya bahasa diperlukan sejarawan guna
menuliskan sebuah peristiwa. Gaya bahasa yang baik yaitu yang dapat menggambarkan
detail-detail sejarah secara lugas dan tidak berbelit-belit.
Imajinasi:
Imajinasi merupakan daya pikiran untuk membayangkan kejadian berdasarkan
kenyataan atau pengalaman seseorang (khayalan). Imajinasi diperlukan sejarawan
untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi, serta
apa yang akan terjadi.
C. Tujuan dan Kegunaan Sejarah
Tujuan sejarah, pada hakikatnya adalah memberi
pelajaran bagi masyarakat sekarang, untuk dapat mengambil pelajaran di masa
lalu agar di masa depan menjadi lebih baik. Secara rinci dan sistematis,
Notosusanto (1979:4-10) mengidentifikasi empat jenis kegunaan sejarah, yakni
fungsi edukatif, fungsi inspiratif, fungsi instruktif, dan fungsi rekreasi.
1. Fungsi
Edukatif
Artinya,
bahwa sejarah membawa dan mengajarkan kebijaksanaan ataupun kearifan-kearifan.
Hal itu dikemukakan dalam ungkapan John Seeley yang mempertautkan masa lampau
dengan sekarang. We study history, so that we may be wise before the event.
Oleh karena itu, penting pula ungkapan-ungkapan belajarlah dari sejarah atau
sejarah mengajarkan kepada kita.
2. Fungsi
Inspiratif
Artinya,
dengan mempelajari sejarah dapat memberikan inspirasi atau ilham. Sejarah juga
dapat memberikan spirit dan moral, yaitu sebagai daya pendorong hidup yang
memungkinkan segala pergerakan dalam kehidupan dan tindak-tanduk manusia
3. Fungsi
Instruktif
Bahwa
dengan belajar sejarah dapat berperan dalam proses pembelajaran pada salah satu
kejuruan atau keterampilan tertentu, seperti navigasi, jurnalistik,
senjata/militer, dan sebagainya
4. Fungsi
Rekreasi
Artinya,
dengan belajar sejarah dapat memberikan rasa kesenangan maupun keindahan.
Seorang pembelajar sejarah dapat terpesona oleh kisah sejarah yang mengagumkan
atau menarik perhatian membaca, baik itu berupa roman maupun cerita-cerita
peristiwa lainnya
D. Tujuan Pendidikan Sejarah
Tujuan
pendidikan sejarah menurut Bourdillon (1994) idealnya adalah membantu meraih peserta didik meraih kemampuan sebagai
berikut :
1.
Memahami masa
lalu dalam konteks masa kini.
2.
Membangkitkan minat
terhadap masa lalu yang bermakna.
3.
Membantu
memahami identitas diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya.
4.
Membantu
memahami akar budaya dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata.
5.
Memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain diberbagai
belahan dunia.
6.
Melatih berinkuiri dan memecahkan masalah.
7.
Memperkenalkan
pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan sejarah.
8.
Mempersiapkan
peserta didik untuk memnempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Pokok-pokok pemikiran tentang tujuan pendidikan
sejarah tersebut diatas juga terkandung di dalam rumusan tujuan pendidikan
sejarah di Indonesia. Hal senada dikemukakan juga dalam rumusan tujuan
pendidikan sejarah di Indonesia, yang menyatakan bahwa pendidikan sejarah bertujuan
untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan
masyarakat dalam dimensi waktu, dan untuk membangun perpektif serta kesadaran
sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa
lalu, masa kini, dan masa depan ditengah-tengah perubahan dunia. (Depdiknas
2003).
E. Landasan Pendidikan Sejarah
1. Landasan Politik
Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik masa dahulu,
sedangkan politik adalah sejarah dimasa kini. Beberapa fakta sejarah seperti yang dikatakan oleh Appadorai bahwa
terdapat bagian dasar dari ilmu politik, dimana fakta- fakta sejarah memberikan
kita materi mentah dari ilmu politik. Ilmu politik akan samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana
sejarah juga akan terlihat pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik.
Kedua ilmu tersebut memiliki suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan.
Lebih jelasnya setiap sejarah pasti diiringi dengan nama- nama pemikir
terdahulu, dimana ilmu politik mengupas segala bidang perkembangan suatu
negara, dimana hal ini dikategorikan sebagai sejarah.
2. Landasan Akademik
3. Landasan Filosofi
Landasan
filosofi menekankan pada tujuan pendidikan itu sendiri. hasil-hasil kajian
terhadap filosofis menjadi penting dikarenakan prinsip-prinsip dan kebenaran dalam
kajian ilosofis digunakan dan diterapkan dalam pendidikan.
a.
Aliran Esensialisme
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak
pada nilai-nilai kebudayaan yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme
berupaya untuk menanamkan berbagai pengetahuan sejarah melalui mata kuliah inti
dalam disiplin akademis tradisional.
b.
Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang bahwa masa kini adalah lebih
baik dari masa depan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa
depan.
c.
Aliran Konstruktivisme
Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan
diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks,
pengalaman fisik, dialog dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan
pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan
individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan persoalan
hidupnya.
d.
Aliran Humanisme
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus
ditekankan pada kebutuhan anak. Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan
efektif, dan pembentukan moral.
F. Pendidikan Karakter dan Budaya
Pendidikan adalah
suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam
mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik di masa depan.
Karakter adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap,
dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.
Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan
karakter bangsa.
Budaya diartikan
sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi
manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya.
Berdasarkan pengertian di atas maka pendidikan karakter dan budaya dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya
dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif .
Fungsi Pendidikan
Karakter dan Budaya
1.
Pengembangan:
pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini
bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan
budaya dan karakter bangsa;
2.
Perbaikan:
memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3.
Penyaring: untuk
menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Tujuan
Pendidikan Karakter dan Budaya
1.
Mengembangkan
potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2.
Mengembangkan
kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai
universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3.
Menanamkan jiwa
kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
4.
Mengembangkan
kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan
5.
Mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan
Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Budaya
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter
dan budaya diidentifikasi dari sumber-sumber
berikut ini :
1.
Agama:
masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan
individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan
kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus
didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
2.
Pancasila:
negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada
Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat
dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang
memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.
3.
Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada
manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya
yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
4.
Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap
warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di
berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai
kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi
sejumlah nilai untuk pendidikan karakter dan budaya, yaitu sebagai berikut :
1.
Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.
Kerja Keras
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
6.
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.
Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.
Rasa Ingin
Tahu
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah
terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Daftar
Pustaka
Wahab, Abdul Aziz, dkk. (2009). Konsep Dasar IPS. Jakarta : Universitas Terbuka
file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH.pdf
file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../Konsep_Dasar_Sejarah.pdf
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/PENDIDIKANKARAKTER/ydom1335154408.pdf
No comments:
Post a Comment